Iklan

Amaliyah Hati Lebih Agung Dari Aktivitas Fisik

5/04/2021, 18:31 WIB Last Updated 2021-05-04T11:31:43Z
Gusti Allah Subhanahu Wata'la Menurunkan Agama ini dengan Rahmat,Nabi dan Risalah yg di bawanya adalah rahmatan Lil Alamin,
maka Agama ini Esensinya Bukanlah hanya Tampak ibadah dzohir saja,melainkan juga sangat Mengedepankan Nilai2 aspek batiniyah yakni keindahan Hati Nurani yg pasti Akan Bermanfaat Untuk kemaslahatan dan Keharmonisan dalam kehidupan Manusia,
sperti sabda Kanjeng Nabi yg sangat Mashur kita dengar:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى...الحديث.
“sahnya amal tergantung pada niatnya,Dan setiap orang hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan"
(رواه البخاري ومسلم)

Niat sangat berperan dalam menentukan jalan ikhtiar,karena setiap amal Akan Di sahkan secara hukum fiqih jika bersumber dr perasaan yang ada dalam Hati,
Maka segala yang dilakukan oleh anggota tubuh, gerak dan diam manusia adalah bagian dari hasil kerja yang diperintahkan oleh Hati,karena yg mnguasai Tubuh Hakikatnya adalah Hati Bukan Akal,Akal Berperan sebagai penasehat Sedang Hati Adalah Raja.

Maka Puasa Hakikatnya bukan hanyalah Ibadah Dzohir saja sperti menahan haus dan lapar,sebab jika hanya menahan haus dan lapar semata, maka kita hanya akan terjebak pada aspek dimensi fisik belaka.
Padahal puasa merupakan salah satu ibadah wajib yang lebih condong pada aspek dimensi Ruhaniyah,kejiwaan atau lebih Mudahnya meliputi dimensi fisik (dzhohir) dan Ruhani (bathin).

Maka Kanjeng Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Mengisyaratkan dalam sabdanya:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa, ia tidak mendapat apa-apa kecuali rasa lapar” 
(HR. Ibnu Majah)

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan pengamalannya, maka Allah tidak butuh kepada perbuatan puasanya, yang dzohirnya meninggalkan makan dan minum”(HR. Al Bukhari)

Ulama' menjelaskan bahwa Perbuatan Bathiniyah sperti Berbohong,ghibah dll, Membatalkan Pahala puasa,
Di samping hukum puasanya tetap sah,dan sudah tidak mendapatkan dosa,karena sudah melaksankan Kewajiban dan menggugurkan taklif kewajiban berpuasa,

Syekh Zainuddin Al malibary mnjelaskan dalam Kitab irsyadul ibad :

خَمْسُ خِصالٍ يُفَطِّرْنَ الصائمَ ، ويَنْقُضْنَ الوُضوءَ : الكَذِبُ ، والغِيبةُ ، والنميمةُ ، والنظرُ بشهوةٍ ، واليمينُ الكاذبةُ.

Lima macam yang Membatalkan Pahala puasa,dan pahala wudhu:
Dusta, ghibah, namimah (mengadu domba),melihat wanita yang bukan mahram dengan syahwat, sumpah palsu (dusta).

Di Riwayatkan Ada dua wanita yang sedang puasa dimasa Rasulullah SAW tiba tiba pada sore hari keduanya merasa payah karena sangat lapar dan haus hampir pingsan keduanya, maka keduanya mengutus orang pergi kepada Nabi SAW untuk minta izin akan berbuka (membatalkan puasanya), maka Nabi s.a.w. mengirim pada keduanya gelas dan menyuruh keduanya muntah didalamnya apa yang telah dimakan itu. Tiba-tiba yang satu muntah darah dan daging mentah, dan yang kedua juga begitu sehingga penuh gelas itu, dan orang-orang merasa heran (ajaib), lalu Nabi SAW bersabda :
"Keduanya puasa dari apa yang dihalalkan Allah, dan makan apa yang diharamkan oleh Allah, sebab yang satu pergi pada yang lain untuk duduk bersama- sama ghibah (membicarakan kejelekan orang), maka itulah bukti apa yang mereka makan dari daging orang-orang."

Pada hakikatnya Amal Buruk yg Kita laksankan Walaupun tidak tampak hakikatnya ada bentuk dan wujudnya,namun hanya saja secara kasat mata kita tidak tampak,
Maka arti Taqwa dalam surat Albaqoroh adalah tidak hanya tampak secara ibadah Dzohir saja,melainkan bathinlah yg sangat Dominan dalam Membentuk Karakter Kesolehan seseorang menuju Taqwa,
Tiada yang mengetahui kelangsungan puasa seseorang, kecuali pelakunya dan Allah Ta'la,
Oleh sebab itu Puasa berbeda dengan ibadah lainnya,Ia sangat bersifat rahasia.
Maka belum termasuk Taqwa jika sudah puasa tp masih belum menjaga kejujuran,pandangan yg tidak halal,Ghibah dan Namimah yg bisa memupuk benih iri drengki,sumpah palsu dll,
Maka dalam Bab Puasa ini imam ghozali Membagi puasa dg klasifikasi 3 tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus.

Kanjeng Nabi saw,
Mengisyaratkan memposisikan Amaliyah dalam pengertian fisik di bawah tingkat dari Amaliyah mengendalikan hawa Nafsu,seperti hadist yg sangat masyhur ketika Sepulang dari perang Badar,
Nabi pernah berujar:

 رَجَعْتُمْ مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الجِهَادِ الأَكْبَرِ فَقِيْلَ وَمَا جِهَادُ الأَكْبَر يَا رَسُوْلَ الله؟
 فَقَالَ جِهَادُ النَّفْسِ. 

Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran Besar.
Lalu sahabat bertanya,
“Apakah pertempuran yang lebih besar itu wahai Rasulullah? 
Rasul menjawab,
"jihad (memerangi) hawa nafsu.”

Oleh sebab itu pekerjaan hati lebih dari aktivitas fisik,Sebab Kemulya'an Amal setiap manusia akan Di Nilai sesuai dengan Apa yg Di Niatkan oleh Hatinya,
Begitu jg Sebaliknya Rusaknya Amal dan akan Menjadi Sia-sia Tergantung dr Motivasi yg Di Niatkan hati nya,Seperti Amal yg di dasari dg Godaan nafsu dalam Hati sperti RIYA' SUM'AH UJUB,HASUD,BERBOHONG dll,
Meskipun Tampak Indah Dan Banyak Wujud Amalnya,tp di hadapan Allah tidak Memiliki Nilai,
Maka allah Ta'ala Menjanjikan Nilai Yg agung Dalam Setiap Detik gejolak Nafsu Yg mengajak Kepada keburukan,Bila Kita bisa menahanya Dan Tidak melewati syariat:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى,فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى [النازعات-٤٠-٤١]
Dan adapun orang-orang yang takut Akan Keagungan Tuhannya dan menahan diri dari Ajakan hawa nafsunya,maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya,

Alhamdulillah Kita masih di beri Kesempatan Gusti Allah Ta'ala Menjumpai bulan Penuh rahmat,berkah dan ampunan ini,karena sang pencipta Telah menjanjikan karunia Rahmatnya Khusus di bulan ini,tdk seprti karunia rahmat di bulan lainya,
Sehingga Kanjeng Nabi sangat Mewanti2 akan Agungnya Nikmat orang yg masih di beri Kerunia menemui Bulan romadlon,
Karena bisa jadi ini Adalah Romadlon terakhir bagi kita,dan tidak akan mnemuinya kembali:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَقِىَ الْمِنْبَرَ فَلَمَّا رَقِىَ الدَّرَجَةَ الْأُولَى قَالَ آمِيْنَ ثُمَّ رَقِىَ الثَّانِيَةَ فَقَالَ آمِيْنَ ثُمَّ رَقِىَ الثَّالِثَةَ فَقَالَ آمِيْنَ.
فَقَالُوا يَا رَسُوْلَ اللهِ سَمِعْنَاكَ تَقُوْلُ آمِيْنَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ لَمَّا رَقِيْتُ الدَّرَجَةَ الأُولَى جَاءَنِي جِبْرِيْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَقُلْتُ آمِيْنَ ثُمَّ قَالَ شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ فَقُلْتُ آمِيْنَ ثُمَّ قَالَ شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَقُلْتُ آمِيْنَ.
 
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam menaiki mimbar,ketika beliau menaiki tangga yang pertama beliau bersabda, “Aamiin.” Ketika menaiki tangga kedua beliau berucap, “Aamiin.” Ketika menaiki tangga yang ketiga beliau berucap, “Aamiin.” 

Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan Aamiin tiga kali.” Beliau bersabda,

“Ketika aku menaiki tangga yang pertama, Jibril ‘alaihissalam datang kepadaku dan berkata, “Celaka hamba yang mendapati bulan ramadlan, setelah lepas darinya ternyata ia tidak diampuni dosa-dosanya.
” Akupun mengucapkan Aamiin...

Kemudian ia berkata, “Celaka hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya namun tidak memasukkannya ke dalam surga.
Akupun mengucapkan Aamiin...

Kemudian ia berkata, “Celaka hamba yang disebutkan namamu di sisinya tetapi ia tidak bershalawat untukmu.
Akupun mengucapkan Aamiin...
(HR Al Bukhari, Al Adabul Mufrad).

Maka Salah satu hal yang diajarkan Kanjeng Nabi agar seorang mengaca diri Di manakah kita berpijak dan Apakah masih tetap selalu berada di jalan Allah adalah untuk selalu introspeksi diri,

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ.
(رواه الحكيم)
“Barang siapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia Beruntung,
Barang siapa hari ini sama seperti kemarin,maka ia Merugi.
Barang siapa hari ini lebih buruk dari kemarin, ia di Laknat /Celaka.”

Mari Kita Bertanya Pada Hati kita yg paling dalam,termasuk Berpijak di golongan Manakah kita? 
Sudah Berapa Puluh Romadlon kah yg Kita telah lewati,apakah Kita sudah bertambah Taqwa?
Bertambah khusu' beribadah? Bertambah Jujur Dengan keluarga? Bertambah Rukun dengan tetangga? semakin berbakti Dengan Orang Tua? Atau semakin Jujur dalam Usaha?

Bila belum,maka apakah Pantas Bila Kita Termasuk Golongan yg merugi Atau Di laknat Tuhan,tp Masih Mengharap Khusnul Khotimah????

Milo Monggo kita manfaatkan sisa waktu wulan Ramadhan dengan Sebaik baiknya,seraya mengharapkan Karunia lailatur Qodar Serta Membersihkan Jiwa dengan Zakat fitrah zakat Mal,Meminta Maaf pd sanak Kerabat Dan tetangga,Sehingga kita bisa senantiasa mendapatkan rahmat kebahagiaan baik dunia maupun akhirat,” Amiin3x.......

# اذا ثبت الأصل في القلب,أخبر اللسان عن الفروع...

(محمد بن إدريس الشافعي)

Jika akar sudah menetap di hati,
Maka lidah akan mengabarkan cabangnya...

KR. M. Najich Muhaimin
PP. Al Asnawi Salamkanci Magelang
Komentar

Terkini