Iklan

Jangan Merusak Sanad!

10/27/2019, 13:26 WIB Last Updated 2019-10-27T06:26:38Z


Fanatik keilmuan dawuh Gus Baha'. nilai santri dan kesantrian itu tersambung melalui proses ngaji, dan laku. Kyai bukan sekedar mauidhoh hasanah, tetapi lebih kepada uswatun hasanah berapa banyak kyai yang mendidik dan mengasuh santrinya tidak melulu dengan dawuh-dawuhnya. Tetapi lebih mendasari dengan langkah nyata, contoh konkrit sehingga kadang santri sangat mencolok dengan meniru gaya, dan juga pemikiran serta sikap Kyai. Ada yang baru kepada tahap gaya kyainya memakai peci, ada yang sudah lumayan meniru dalam sikap, dan bahkan ada yang sudah melampau batas keduanya, dan merangkai dasar keduanya dengan pijakan keilmuan yang memang bersambung kepada Sang Kyai. Yang terpenting sambung, dan secara keilmuan ketersambungan itu terilmiyahkan dengan metode Sanad.
Salah satu Ulama, Kyai yang demikian concern dengan sanad adalah Syaikhina KH.Maemoen Zubair setiap kali Beliau menyelesaikan pembacaan, dan kajian kitab dengan santri beliau akan menyampaikan sanad kitab tersebut. Dan ini menjadi tradisi yang jamak di lakukan Masyayekh di Pesantren Sarang sampai saat ini. Ada yang unik dari tradisi sanad ini, satu contoh sanad kitab Fathul Wahab karangan Al-Imam Zakariya Anshori yang melalui Syaikhina KH.Maemoen Zubair saat Alfaqir mengaji kepada beliau. Beliau menyampaikan bahwa sanad ini termasuk langka karena jalur rowinya termasuk ulama sepuh ( diatas 70 tahun ). Beliau membaca kitab Fathul Wahab saat itu berumur 70 tahun, dan semua rowi dalam sanad ini berumur di atas 70 tahun. Sebuah keunikan dari tradisi Pesantren yang harus di fanatiki seperti yang diutarakan oleh Gus Baha'.






Sumber: Postingan Facebook Mas Aziz [ https://www.facebook.com/aziz.wae.98/posts/2490401614361668 ]
Komentar

Terkini