Iklan

Ilmu Didapat Tidak Secara Instan, Apalagi Kebijaksanaan

2/20/2020, 11:00 WIB Last Updated 2020-02-20T04:00:16Z

Dalam sebuah hadits, Nabiyullah Muhammad Saw., bersabda

طلب العلم فريضة علی كل مسلم و مسلمة
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslimin dan muslimat.

Ilmu yang akan membedakan manusia satu dengan yang lain, ilmu pula yang akan membawa manusia menuju derajat yang mulia. Untuk mendapat ilmu tentu caranya adalah belajar, baik di pondok pesantren maupun sekolah.

Belajar adalah upaya atau ikhtiyar seseorang untuk mendapatkan ilmu sekaligus menghilangkan kebodohan. Dalam belajar ada aktivitas dua arah antara guru dan murid. Sang murid menerima pengajaran dari guru, dan guru memberikan pelajaran bagi murid.

Imam Ghazali, menyampaikan bahwa kepasrahan seorang murid kepada guru harus seperti pasrahnya seorang pasien terhadap dokter. Apapun perintah dan ajaran dari guru maka murid harus patuh, sam'an wa tho'atan.

Karena pentingnya peran guru dalam proses belajar tadi, maka memilih guru hendaknya memperhatikan beberapa aspek, antara lain ; keshalihannya, ke'alimannya, dan nasab ilmunya. 

Sebagaimana tradisi dipesantren NU bahwa guru atau kyai mempunyai nasab ilmu yang terjaga. Inilah yang menjadi kekuatan dan berkah bagi kita semua.

Belajar, apalagi ilmu agama tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan membaca buku, teks atau cukup menonton tv, youtube, video dan lain sebagainya. Belajar agama harus ada pembimbing langsung atau guru. Yang akan mengarahkan dan membetulkan jika ada kesalahan.

Menjadi keprihatinan kita bersama, saat ini banyak bermunculan pengajar agama yang belum diketahui riwayat pendidikan agamanya namun tiba-tiba terkenal dan berdakwah di sana sini. Bahkan kadang mengajarkan agama sesuai seleranya, ini tentu berbahaya. Karena berpotensi sesat dan menyesatkan.

Sebuah disiplin ilmu dalam khasanah pesantren, sebutlah contoh ilmu hukum islam atau fiqih, butuh waktu yang lama untuk mempelajarinya. Kitabnya pun beragam dan berjenjang, sebutlah safinah, taqrib, fathul mui'in, muhadzab, i'anah dan lain sebagainya. Untuk menjadi faqih tentu melewati proses panjang dan berliku. 

Belum lagi kitab yang dipakai untuk mempelajari gramatika bahasa arab, nahwu dan shorof juga berjenjang dan butuh waktu, ilmu ini berguna untuk menerjemahkan teks arab agar bisa memahami secara benar.

Dan masih banyak lagi cabang ilmu-ilmu yang lain, yang kesemuanya itu juga butuh waktu panjang untuk mempelajarinya. 

Dalam ranah akhlaq atau tasawuf, juga diajarkan berbagai kitab, seperti ihya' ulumuddin dan Hikam yang sangat populer di kalangan pesantren. Diharapkan dengan mempelajari kitab akhlaq akan terbentuk pribadi yang arif dan bijaksana.

Jalan terjal dan berliku untuk mempelajari ilmu agama, yang jika kita habiskan umur kita untuk itu mungkin tidak cukup.


Kerten, 20 Februari 2020
Hafidh Fuadi
LTN - PCNU Kabupaten Magelang
Komentar

Terkini